Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Kaum Awam Katolik Harus Bangkit: Moderasi Beragama Jadi Agenda Mendesak Paroki Sang Penebus Sentani



Kegiatan Penguatan Literasi Beragama Bagi Awam Katolik Paroki Sang Penebus Sentani, (2/8/2025/ Dok, Pen)


Jayapura, JalaTimur.com — “Jika umat awam tak bersuara, maka Gereja pun akan tampak diam,” tegas Fransiskus Xaverius Lesomar, Kepala Bidang Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi Papua, pada suatu kesempatan kegiatan Penguatan Moderasi Beragama bagi Awam Katolik di Paroki Sang Penebus Sentani, Sabtu, 2/8/2025.

Dalam pemaparannya, Lesomar menyoroti makin meredupnya peran aktif umat awam dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik, serta menegaskan pentingnya revitalisasi Seksi dan Komisi Kerawam agar kaum awam tidak hanya aktif di dalam tembok gereja, tetapi juga hadir dan bersuara di tengah masyarakat. Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen kerja sama Bimas Katolik, Komisi Kerawam Keuskupan Jayapura, dan Seksi Kerawam Paroki Sang Penebus Sentani untuk membangun sinergi dan kesadaran bersama bahwa Gereja harus hadir dan berdampak melalui umatnya—dimulai dari paroki, hingga ke sekolah dan komunitas basis.

Pernyataan Lesomar menjadi alarm keras di tengah makin menurunnya partisipasi umat Katolik dalam ruang-ruang sosial, ekonomi, dan politik. Dalam forum yang dihadiri oleh perwakilan umat dan pengurus seksi kerawam paroki, ia menekankan bahwa moderasi beragama bukan hanya soal toleransi, tetapi juga bagaimana umat Katolik—khususnya kaum awam—hadir secara aktif di tengah masyarakat sebagai pembawa nilai-nilai Injil dan pewarta kebenaran.

“Kami dari Bimas Katolik melihat bahwa partisipasi kaum awam dalam berbagai bidang kehidupan berkurang. Ini sangat bergantung pada efektivitas dari Komisi dan Seksi Kerawam sebagai motivator umat awam,” tegas Lesomar. “Tugas umat awam adalah mewartakan kabar Injil dan kebenarannya di tengah dunia, di dalam profesi dan tanggung jawab mereka masing-masing.”

Menurutnya, jika suara dan kehadiran Gereja Katolik hari ini tampak melemah dalam isu-isu sosial, itu pertanda bahwa ada sesuatu yang harus dievaluasi. Peran awam seharusnya tidak berhenti di dalam liturgi dan pelayanan internal gereja, tetapi justru terpancar kuat dalam pengaruhnya di masyarakat—melalui prinsip-prinsip Katolik yang menyejukkan, adil, dan membangun.

“Kalau peran umat awam menurun, maka kesan yang muncul adalah Gereja tidak peduli terhadap masalah sosial. Padahal seharusnya kita hadir, menyuarakan solusi, dan membawa semangat Injil dalam dinamika masyarakat,” lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, Lesomar juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kerja sama antara Bimas Katolik dan Komisi Kerawam Keuskupan Jayapura. Tidak sekadar retoris, kerja sama ini juga diwujudkan dalam dukungan konkret, baik moril maupun material.

“Kami memberikan bantuan, meski besar-kecilnya relatif. Tapi kami punya komitmen karena kami melihat potensi kaum awam Katolik sangat besar, hanya belum tergali dan nampak. Ketika potensi itu digali dan berkembang, maka itu akan sangat baik bagi kehidupan bermasyarakat dan menggereja,” ujarnya.

Kegiatan penguatan ini juga dirancang untuk terus berlanjut. Tidak hanya di Paroki Sentani, tetapi menyebar ke berbagai paroki lain dalam wilayah Keuskupan Jayapura, bahkan ke sekolah-sekolah Katolik sebagai basis awal pembentukan karakter dan nilai.

“Paroki-paroki ini penting karena basis umat kita ada di sana. Maka kerja sama dengan Keuskupan kita harap terus berkembang hingga tingkat paroki dan kombas. Kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Kita bagian dari umat Allah yang harus bersatu,” ujar Lesomar sambil menegaskan bahwa dukungan dari Bapak Uskup Keuskupan Jayapura terhadap inisiatif ini telah diberikan secara penuh.

Dalam konteks ini, Lesomar mengajak seluruh umat dan pengurus paroki untuk merapatkan barisan. Menurutnya, perlu ada konsolidasi, strategi pengembangan, dan program-program konkret agar peran awam tidak lagi sekadar wacana, melainkan menjadi kekuatan nyata yang berdampak.

“Kami berharap kegiatan ini menjadi momentum untuk Seksi Kerawam dan umat Paroki Sang Penebus Sentani agar menyusun strategi ke depan. Kaum awam harus semakin berdampak, semakin aktif menyuarakan nilai-nilai gereja untuk membangun masyarakat yang lebih baik, adil, dan sejahtera,” pungkasnya.

Kegiatan hari ini bukan sekadar sosialisasi. Ia adalah panggilan: untuk bangkit, untuk hadir, dan untuk bersuara. Karena seperti yang diingatkan Lesomar, Gereja yang diam bukan karena tak punya suara, tetapi karena umatnya memilih untuk diam. Kini saatnya bersuara—dengan terang, cinta, dan tindakan nyata, terutama menjelang sinode keuskupan Jayapura. (DNS)

Posting Komentar

0 Komentar