Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Terbang Tinggi dengan Hati: Menanti Figur Kepemimpinan PT. AMA Papua Yang Visioner di Tengah Persaingan Langit

oleh: Demmy Namsa*
Salah satu lapter (lampangan terbang) di pedalaman Papua. (Foto Repro, Pen)

Jayapura, JalaTimur.com,- Di tengah krisis figur kepemimpinan dan persaingan ketat industri penerbangan di Papua, PT Associatied Mission Aviation (AMA) mesti memilih jalur kepemimpinan yang bukan hanya berorientasi pada laba, tetapi juga pada misi kemanusiaan dan keselamatan. Dengan menggabungkan visi transformasional, semangat melayani, disiplin keselamatan tanpa kompromi, dan pengambilan keputusan berbasis data, AMA akan mempertahankan reputasinya sebagai penerbangan misi yang andal. Dari cockpit hingga ruang rapat, setiap keputusan diarahkan untuk satu tujuan: memastikan setiap penerbangan bukan sekadar menghubungkan titik di peta, tetapi menjembatani harapan di daerah-daerah terpencil Papua.

Tatkala bekerja sebagai Quality DG Officer, ataupun sebagai Manager Base Tanah Merah, saya sungguh menyadari bahwa langit Papua adalah ruang udara yang indah sekaligus menantang. Cuaca bisa berubah dalam hitungan menit, dan medan yang terjal menuntut ketelitian luar biasa dari setiap kru.

Di tengah kondisi itu, harapan yang muncul adalah kepemimpinan di PT AMA Papua tidak bisa bersifat kaku. Direktur operasional dan manajemen puncak tentu dituntut memiliki adaptive leadership — fleksibel saat cuaca, logistik, atau kebutuhan darurat menuntut keputusan cepat.

“Kita di sini, cuara bisa berubah dalam hitungan detik. Maka, keputusan lima menit bisa menentukan apakah pelayanan dilakukan atau tidak. Pelanggan harus bisa menerima kenyataan ini dan masyarakat sudah memakluminya,” ingatku waktu itu di Oksibil.


Visi yang Menembus Batas
Sebagai penerbangan misi Katolik, AMA tidak hanya mengangkut penumpang dan barang. Ia membawa misi kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, dan harapan, sebagaimana tertuang dalam visi misinya.

Visi PT AMA adalah “ Menjadi Maskapai Penerbangan Terpercaya dan Pilihan Utama di Tanah Papua“, dengan Misi:
  1. Menghadirkan Gereja yang misioner, berbela rasa dan mempersatukan umat.
  2. Meletakan ajaran Gereja sebagai dasar untuk memperkuat landasan operasional pada pelayanan jasa yang baik, aman, efektif dan efisien.
  3. Memberikan Pelayanan jasa angkutan udara kepada umat dan masyarakat di pegunungan, pedalaman dan daerah – daerah terisolir di Tanah Papua.
  4. Memberikan pelayanan jasa yang mengutamakan keselamatan, berkualitas, bermartabat dan memuaskan kepada pengguna jasa.
  5. Membentuk sumber daya manusia yang kompeten, profesional dan berintegritas dengan didukung penguasaan teknologi penerbangan yang mutakhir.

Dengan visi-misi yang demikian religious itu, telah menetapkan dasar dan tujuan yang lebih luas: memperkuat konektivitas wilayah pedalaman, memberikan pelayanan terbaik, dan memiliki SDM yang tersedia, sekaligus memastikan bahwa standar keselamatan internasional menjadi bagian dari identitas operasional.

Misi yang luhur ini, sejatinya menuntut seorang figur pemimpin yang tidak hanya sekadar membuat rencana jangka panjang, tetapi juga menginspirasi tim untuk bekerja dengan hati. Maka, seyogianya setiap kru merasa bahwa pekerjaannya punya arti lebih dari sekadar mengantarkan pesawat dari titik A ke titik B.

Sayangnya, tidak semua kru memiliki motivasi kerja yang sama. Sebagian orang benar-benar menyadari bahwa kehadirannya di PT AMA adalah panggilan pelayanan dan pengabdian. Namun lainnya hanya melihat pekerjaan sebagai bagian dari profesi untuk mencari nafkah.

Padahal, menjadi kru di perusahan ini, hal utama yang mesti ditanamkan adalah menyadari bahwa setiap orang dipanggil untuk membawa misi kemanusiaan, yang tidak terlepas dari ajaran sosial gereja. Bekerja di AMA, berarti rela berkorban dan siap melayani orang lain dengan penuh kasih, tulus ikhlas, dan bukan dengan maksud mendapatkan pundi-pundi jajan.


Salah satu Lapangan terbang di pedalaman, (Foto Repro, pen)


Keselamatan: Harga Mati di Langit
Di dunia penerbangan, tidak ada ruang untuk kompromi terhadap keselamatan. AMA Papua telah mengembangkan budaya safety-first yang ketat, melalui program “Zero Accident”. Karena itu, keamanan dan keselamatan dalam lingkungan kerja menjadi prioritas utama bagi AMA. Berbagai peraturan dan regulasi telah ditetapkan oleh pemerintah guna mencegah potensi risiko yang dapat membahayakan karyawan dan lingkungan.

Dari pra-penerbangan, pemeliharaan mesin, hingga briefing sebelum terbang, setiap langkah dilakukan sesuai prosedur dan diawasi oleh sistem manajemen keselamatan (SMS) yang modern.

Data operasional, laporan insiden, hingga feedback dari kru dianalisis secara rutin untuk perbaikan berkelanjutan melalui Forum Group Discussion (FGD), yang diselenggaran sebulan sekali. Ini menegaskan bahwa kepemimpinan di PT AMA mesti menyadari bahwa di langit Papua, nyawa setiap penumpang dan kru adalah tanggung jawab yang tak bisa ditawar.

Melayani dengan Rendah Hati
Kepemimpinan AMA tidak berhenti di ruang rapat atau menara kontrol. Pimpinan perusahaan harus bisa turun langsung ke lapangan, mengunjungi bandara kecil, berbicara dengan kru, teknisi, dan bahkan masyarakat di desa-desa yang dilayani. Gaya servant leadership ini membangun kepercayaan dan loyalitas yang sulit dicapai hanya dengan perintah formal.

Di desa-desa terpencil, selalu terdengar suara yang menyebut AMA sebagai “sayap harapan” karena perannya menghubungkan mereka dengan pusat pelayanan kesehatan di kota. Ibu hamil, orang sakit, atau situasi darurat, yang menuntut pelayanan cepat, AMA selalu siap melayani. Hadir membawa kesejukan di hati masyarakat. Ini bukti nyata kehadiran AMA bagi masyarakat kecil di daerah pedalaman.

Namun bukan hanya itu, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mesti juga menjadi program prioritas AMA, yang dilakukan secara konsisten dan komitmen. Karena tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kontribusi menyeluruh dari dunia usaha terhadap pembangunan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari kegiatannya. Dengan melaksanakan tanggung jawab sosial ini secara konsisten dalam jangka panjang, maka akan menumbuhkan rasa penerimaan masyarakat terhadap kehadiran AMA. Kondisi semacam ini pada gilirannya dapat memberikan keuntungan ekonomi bisnis bagi perusahan.

Masa Depan: Terbang Lebih Tinggi
Namun, situasi yang dulu saya alami, apakah masih sama seperti itu hari ini? Entahlah. Sudah hampir lima tahun, saya berpisah secara fisik dengan AMA. Namun, sebagai orang yang mendapatkan biaya pendidikan penuh dari gereja, selalu memiliki kepedulian terhadap perusahan yang dimiliki oleh para Uskup se-Papua itu.

Maka, untuk menghadapi tantangan masa depan, AMA Papua kiranya tidak menutup mata terhadap persaingan komersial yang semakin ketat. Strateginya harus jelas: memadukan misi sosial dengan inovasi layanan, memperluas kemitraan strategis, dan memanfaatkan teknologi digital untuk efisiensi operasional.

Dengan gaya kepemimpinan yang menggabungkan visi jangka panjang, empati kepada tim dan masyarakat, serta disiplin keselamatan tanpa kompromi, AMA menempatkan dirinya bukan hanya sebagai operator penerbangan, tetapi sebagai penjaga harapan di langit Papua.

Kalau Anda berdiri di sebuah bandara kecil di pedalaman dan melihat pesawat AMA mendarat di landasan tanah merah, atau yang berumput hijau nan licin, Anda akan mengerti bahwa ini bukan sekadar bisnis penerbangan. Ini adalah tentang memimpin dengan hati, terbang dengan tujuan, dan memastikan bahwa di langit luas Papua, harapan selalu menemukan jalannya.

Gaya kepemimpinan yang demikian, hanya datang dari seorang pemimpin yang telah memiliki segudang pengalaman dalam kepemimpinan meski bukan secara khusus di bidang penerbangan, mengalami dan merasakan langsung suka duka karyawannya, mengenal dan memahami mereka, karena dia sendiri pula pernah berada di titik mereka.

Dengan demikian, keputusan untuk menjaga penerbangan AMA sebagai salah satu penerbangan perintis di tanah Papua, maka pemilihan seorang pimpinan yang visioner menjadi sangat tepat dalam rangka menjaga peta persaingan penerbangan lokal dan sekaligus menjaga eksistensi AMA sebagai salah satu unit karya gereja dengan misi menembus isolasi demi kemanusiaan. (semoga…!!!)



*Demmy Namsa pernah berkerja di PT. AMA dari tahun 2016-2020 sebagai Quality DG Officer dan Manajer Base Tanah Merah. Selama itu, dia aktif menulis catatan harian terkait situasi dan tugas pekerjaan yang dihadapinya setiap hari, hingga akhirnya ia harus dirumahkan Oktober 2020 karena Covid-19. 





Posting Komentar

0 Komentar